Begini Cara Penggunaan Masya Allah dan Subhanallah yang Tepat

cewek-muslim

Jakarta, – Saat dihadapkan pada berbagai situasi, seorang muslim hendaknya mengucapkan Masya Allah atau Subhanallah. Sayangnya, masih banyak yang menggunakan kata tersebut di waktu yang salah.

Dijelaskan dalam buku https://www.pantiasuhan-hidayah.org/ Yuk Ucapkan Subhanallah susunan Dian K (2019), mengucapkan kalimat thayyibah juga merupakan adab berbicara yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Umat Muslim bisa mengucapkannya saat terlibat percakapan sehari-hari dengan orang lain.

Ada beberapa kalimat thayyibah yang bisa diucapkan, salah satunya yaitu Masya Allah dan Subhanallah. Kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda.

Lantas, kapan harus mengucap Masya Allah dan Subhanallah? Agar tidak keliru lagi, simak artikel di bawah ini!

Arti Masya Allah

Mengutip buku Panduan A-Z Memahami Alquran karya Mokhtar Stork (1999), kalimat Masya Allah memiliki arti sesuatu yang dikehendaki oleh Allah. Kalimat tersebut mencerminkan kemampuan umat Muslim untuk menerima segala keputusan yang berasal dari Allah SWT, setelah mengusahakan segala upaya.

Lalu, kalimat Masya Allah juga merupakan sunnah Rasulullah SAW. Suatu hari, Rasulullah SAW berkata pada Amir bin Rabi’ah r.a., “Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan ketika melihat hal menakjubkanmu?” (HR. Ahmad)

Berdasarkan pada hadits tersebut, umat Muslim dianjurkan untuk mengucapkan kalimat Masya Allah atau Masya Allah Tabarakallah. Tujuannya, yaitu untuk mengakui segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT.

Selain itu, Mengutip kitab Tafsir Al Quranul Karim untuk surat Al Kahfi, arti Masya Allah yang pertama adalah “Inilah yang dikehendaki oleh Allah” di mana merujuk pada lafaz utuhnya yaitu “Hadzaa maa syaa Allah”. Arti dari tafsir tersebut menunjukkan bahwa apa yang terjadi dan dialami oleh umat Muslim atas kehendak Allah SWT.

Arti Subhanallah

Dalam bahasa, Subhanallah memiliki arti mahasuci Allah. Subhanallah termasuk kalimat tasbih yang bisa dibaca sebagai lantunan dzikir.

Dikutip dari buku Seri Kalimat Thayyibah: Subhanallah susunan Ririn Astutiningrum (2018), umat Muslim dianjurkan untuk mengucapkan kalimat tasbih ketika melihat keburukan. Tujuannya untuk mensucikan Allah dari segala sifat keburukan.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 16, yang artinya:

“Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu mendengar kabar bohong itu. Sekali-kali tidak pantas bagi kami mengatakan ini. Mahasuci Allah, ini adalah dusta yang besar.”

Selain itu, dalam Surat Ali Imran ayat 41, Allah SWT berfirman yang artinya: Berkata Zakariya: “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”.

Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa kalimat tasbih sangat disukai oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadist, beliau bersabda yang artinya:

“Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai Allah Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat ‘Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’ (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari Muslim)

Perbedaan Penggunaan Masya Allah dan Subhanallah

Masih banyak dari kita yang keliru dalam menggunakan kalimat Masya Allah dan Subhanallah. Dilansir dari buku Aqidah Akhlak oleh Ahmad Kusaeri, lafal Masya Allah adalah kata yang pantas dan tepat untuk diucapkan setiap merasa kagum juga takjub.

Rasa kagum dan takjub akan muncul ketika menyaksikan kebesaran Allah SWT, berupa benda, kejadian, atau alam ciptaan-Nya. Dalam Surah Al-Kahfi ayat 39, Allah berfirman agar seorang hamba senantiasa melafalkan kalimat Masya Allah sebagai tanda kagum dibarengi rasa syukur atas anugerah dan kebaikan Allah kepadanya.

وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًاۚ

Arab Latin: Walau lā iż dakhalta jannataka qulta mā syā`allāhu lā quwwata illā billāh, in tarani ana aqalla mingka mālaw wa waladā.

Artinya: “Mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Mā syā’allāh, lā quwwata illā billāh” (sungguh, ini semua kehendak Allah. Tidak ada kekuatan apa pun kecuali dengan [pertolongan] Allah). Jika engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu.” (Q.S Al-Kahfi ayat 39)

Imam Nawawi dalam kitab Riyadh al-shalihin mengawalinya dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

Menurutnya, Rasulullah SAW bersabda, “Dua kalimat yang ringan diucapkan, namun berat dalam timbangan serta dicintai Allah yang Maha Penyayang adalah Subhanallah wa bihamdihi, subhanallah al-Azhim.” (Muttafaqun ‘Alaihi disepakati oleh para ahli hadist).

Sebagaimana pula disampaikan Abu Hurairah, “Suatu hari aku berjunub dan melihat Rasulullah SAW berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauh dari mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelahnya, aku menemui Rasulullah SAW dan beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapa kau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman bertemu kalian dalam keadaan junub. Lalu, Rasulullah SAW bersabda: ‘Subhanallah, sesungguhnya, mukmin tidaklah najis.” (HR. Tirmidzi).

Subhanallah berarti Mahasuci Allah. Kita mengucapakan Subhanallah saat mendengar atau melihat hal buruk. Ucapan ini sebagai penegasan “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.

Dari hadits di atas dapat ditarik kesimpulan, lafaz Masya Allah mestinya digunakan untuk mengekspresikan rasa kagum kepada Allah SWT saat melihat sesuatu yang indah, membahagiakan, dan bersifat baik. Sedangkan, penggunaan Subhanallah ditujukan untuk hal-hal yang mengherankan, aneh, tidak lazim, dan bersifat negatif.

Demikian penjelasan mengenai arti serta penggunaan yang tepat dari kalimat Masya Allah dan Subhanallah.